Ustadz Oemar Mita, Lc
Imam Syafii, Imam Ahmad, Imam Malik, mereka hidup pada yang kondisi
berbeda dengan kondisinya kita jangan disamakannya karena kondisinya beda. Imam
Malik dan Imam Syafi’i hidup pada zaman ketika islam itu lagi Gemilang-gemilangnya,
Jaya-jayanya karena pada zaman sahabat, tabi’in tabi’un sampai generasi 500
tahun hijriyah maka betul-betul islam itu sedang jaya-jayanya jangan bicara tentang
orang kafir, orang kafir saat itu hina Ibu, mereka jauh mereka ketakutan kalau
mau menghadapi islam, makanya didaerah yang paling aman pada saat itu Mekkah,
Madinah, Basroh, Kuffah, Sham, Mesir karena sudah dikuasai oleh kaum Muslimin
maka betul-betul akhirnya apa orang Romawai dan orang Persia, Persia sudah
jatuh dibawah Komandonya Saad Bin Abiwaqas pada
zaman Umar Bin Khotab, satu peradaban yang masih tertinggal tapi sudah terkocar
kacir kemudian sudah terbelah dimana-mana. Romawi, puncaknya Romawi itu rontok
pada zaman Muhmmad Alfath tapi pada zaman Imam Malik, Imam Syafi’i fitnah
terbesar yang di hadapi oleh Imam Syafi’i itu apa orang kafir Ustad, endak. Fitnah terbesar yang
dihadapi oleh Imam Syafi’i saat itu adalah serbuan “Ilmu Filsafat”, “Ilmu Kalam”
yang mulai masuk dan mulai kemudian menjangkiti sebagian pemikiran Kaum Muslimin.
Ilmu Filsafat itu nanti jadinya Ilmu Kalam jadinya kemudian nanti
munculnya Mu’tazilah kemudian Ingkarnasih karena sampai sekarang nanti liberal,
iya walaupun Mu’tazilah dan Liberal ada perbeadaan dalam sup-sup poinnya
tapi hampir sama makanya kemudian ketika pada zaman Imam Syafi’i, Imam Malik,
pembahasan para Ulama saat itu lebih banyak membahas tentang bagaimana
pembelaan terhadap Sunah dari Ilmu Kalam, karena apa? Ilmu Kalam itu meggrogoti
sunah dan menjadikan orang itu sudah mulai tidak percaya diri dengan sunah. Makanya
kemudian perjuangan Imam Syafi’i, Imam Malik dan Generasi-generasi Ulama pada zamanya
saat itu banyak bicara tentang masalah Ilmu Kalam dan banyak membicarakan
pembelaan mereka tentang terhadab sunah, makanya kita dapati contoh-contoh Kitab-kitab
mereka contohnya Kitab itu adalah Al-Intisar, Al-Asabi Hadist kemudian ada Al-Khawaja,
Artakila Mahaja itu Kitab-kitab yang kemudian memang dibuat oleh para ulama
untuk mengadakan pembelaaan kepada sunah karena apa karena fitnah yang besar
pada zaman itu adalah fitnah tentang Ilmu Kalam.
Ilmu Filsafat yang kemudiaan datang dari Yunani setelah mereka mau
dirontakan satu persatu maka ilmunya itu mulai meresap keadalam pemikiran kaum
muslim, makanya kemudian Imam Syafi’i kemudian banyak berfikir bagaimana
mengadakan pembelaan kepada sunah dan itu dilakukan Ulama-ulama zamanya mungkin
Ibu akan jarang menjumpai bagaimana Imam Syafi’i cerita tentang masalah Romawi
bagaimana masalah orang kafir kezaliman orang kafir, karena Imam Syafii hidup pada zaman ketika Islam itu betul-betul
jaya ada diatas, sehingga ketika pada Islam saat di atas pembicaraan Imam Syafi’i
tidak berbicara tentang kafir karena orang kafir pada hari itu tidak menjadikan
fitnah Ibu mereka kecil itu, mereka mendengar suara takbir nya para sahabat
saja dan para tabi’in sudah lari tunggang langgang kok, makanya
ada salah satu peperangan disebut dengan peperangan datalab usa peperang orang
Romawi yang diikat dengan kemudian rantai karena apa mentalnya orang Romawi itu
dulu kalau sudah perang sama Kaum Muslimin mendengar takbirnya itu langsung
lari terkencing-kencing Masya Allah, saya itu ketika membaca Shiroh Nabawiyah
itu Masya Allah mikir takbirnya itu sudah membuat tentaranya Romawi itu lari-lari
terkencing-kencing. Kalau sekarang kita takbir terus nggak kencing-kencing itu
sampai kemudian sampai sekuat itu pada zaman itu ketika orang kafir itu
betul-betul diatas makaanya ketika kita
ngeliat kenapa ya Imam Syafi’i tidak bercerita tentang kezaliman yang menimpa
Kaum Muslimin ndak ada pada saat itu karena apa kuat kuatnya pada zaman itu
karena kemudian betul-betul islam itu menjadi kekuatan yang besar ada wanita
yang ditarik hijabnya dari belakang saja langsung diutus itu yang manapun kepalanya
pasukan berada pada wilayah tempat kezaliman itu terjadi akhir dari pasukan itu
masih dibelakang dinegeri asalnya karena apa sangking kuatnya Islam beda dengan
konteknya kita hari ini. Kita mendapatkan fitnah apa fitnahnya orang kafir
karena kafir diatas kita, seakan makanaya ketika kemudian menghadapi ini
makanya pembicaraan tentang orang kafir bagaimana strateginya mereka dan
bagaimana upaya menghancurkannya mereka itu menjadi materi yang harus kita
pahami kenapa karena kita hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanya Imam
Syafi’i dalam kontec fitnahnya ketika kita ngerti ini makanya kemudian kita
mampu merumuskan amal apa yang harus dilakukan kalau endak iya berantakan
akhirnaya kemudian kita ndak ngerti apa
yang harus dilakuan.
Sibuk dengan perkara-perkara yang mungkin itu bagian dari ilmu tapi
sifatnya tidak mengenal karena tidak sesuai dengan kebutuhan zaman atau sibuk
dalam satu ibadah yang sifatnya kecil tetapi kita tidak sadar diluputkan dari
amalan yang amalan yang besar di situ dimulai. Ketika kita tidak paham kondisi,
jadinya makanya kalau kita paham kondisi mampu merumuskan amal apa sih yang
akan dilakukan sebagaimana itu paham kondisi. Ibu paham kalau suaminya itu
kalau pulang jam 5 sore maka ibu kalau paham kondisi, ibu akan bersih-bersih
dari jam 3 sampai jam 5 sore, horden yang miring diluruskan, kemudian karpet
yang kelihatan kotor diserapin iyakan Ibu tahu juga suaminya suka pisang goreng
jam 4 sore sudah membuat pisang goreng supaya jam 5 sore ketika Suaimnya pulang
tenang dia dan itu kondisinya sama nggak dengan Ibu-ibu yang lain, beda. Ada
Ibu-ibu yang lain yang kerja Suaminya itu Security perginya malam, makanya
kemudian pulangnya pagi, makanya kemudian kalau Ibu itu bersih-bersih sebelum
subuh karena kemudian Suaminya pulang apa habis subuh jam 3 dia sudah bangun,
sholat bersih-bersih buat pisang gorengnya setengah 4 subuh ibu masih tidur dia
sudah bangun kenapa kok gitu beda Ustad, karena memang kondisinya beda, coba
kalau kitanya makan Ma’ruf atau ndaak Ma’ruf, iya ndak Ma’ruf kita
mentang-mentang moden ini kamu harus membuat pisang goreng untuk suami, jam
berapa Ibu jam 4 sore lha buat siapa iya buat suaminya iya suami saya kemudian
jam 4 itu lagi Jaga Ibu iya nggak bisa sama lah makanya kalau kita ndak paham
akhirnya apa kita menganggap bawasanya sama tetapi akhirnya apa tidak bisa
merumuskan kenapa setiap zaman itu punya karakteristiknya masing-masing dan setiap
waktu punya karakter yang masing-masing sebagaima kondisi keluarga berbeda-beda
ada yang tipe suaminya kerjanya dari jam 8 sampai jam 5 sore, ada yang perginya
jam 9 kemudian pulangnya jam 7 malam, ada yang dirumah tiap hari ngutek-ngutek
kemudian computer tetapi sudah mendapatkan pekerjaan beda-beda.
Maka kemudian pada kondisi beda-beda Ibu-ibu itu beda-beda nggak pekerjaannya,
beda-bedaa, ada yang menyiapkan pagi kemudian dari Dhuha sampai Dhuhur free
ada yang kemudian dari dhuhur kemudian sampai Ashar dia free, beda-bedaa.
Makanya kemudian kita juga harus paham mengetahui tentang jaman apa yang sih
harus kita rumuskan dalam kita dan amal supaya kita ngerti, paham. Supaya
kemudian kita akhirnya mampu memberikan kontribusi yang jelas kepada Islam ketika kita paham kondisinya.
link
https://www.youtube.com/watch?v=crmALrECDec
Follow Us
Saran dan Pesan